Persipura Jayapura: Menang tapi Kalah
Persita Tangerang 0, Persipura Jayapura 3.
Keajaiban hampir saja terjadi. Paling tidak buat pendukung Persipura Jayapura. Peluang klub asal Papua itu untuk bertahan di Liga 1 memang sangatlah kecil. Tim Mutiara Hitam sudah dihantui bayang-bayang degradasi ke Liga 2 sepanjang musim. Entah kerasukan apa, setelah mengalami musim yang sangat berat, secara mengejutkan mereka bisa memenangkan empat laga terakhirnya untuk memastikan tempat yang aman di Liga 1, kasta tertinggi sepakbola di Indonesia.
Kemenangan terakhir Persipura atas tim asal Persita tidak berarti karena Persib Bandung gagal mengalahkan Barito Putra — kompetitor Persipura di zona degradasi. Dramatis memang. Persib Bandung harus kebobolan di menit ke-84. Padahal Persib punya peluang untuk memperbesar keunggulan andai David Silva — striker Persib — bisa mengeksekusi penalti dengan ‘serius’. Ini memaksa pertandingan berakhir imbang 1–1, sekaligus mengubur mimpi tim Mutiara Hitam untuk bertahan di Liga 1.
Saya bukan pendukung loyal Persipura. Artinya, saya tidak menonton tiap pertandingan Persipura, juga tidak mengikuti perkembangan dari waktu ke waktu. Persipura Jayapura juga basisnya di Papua, bukan di NTT. Namun sebagai orang timur, saya merasa Persipura Jayapura adalah representasi saya, representasi orang-orang timur, representasi ras Melanesia. Alasannya sederhana. Tidak ada tim asal daerah saya — Nusa Tenggara Timur — yang bermain di kompetisi tertinggi sepakbola Indonesia. Maka terjadilah, seorang anak NTT yang suka Persipura.
Turunnya kasta Persipura ke Liga-2 sangat memukul tim Mutiara Hitam tersebut. Sebagai salah satu klub yang banyak memenangkan tropi liga Indonesia (4) dan menyumbang banyak talentanya untuk Tim Nasional, tersingkirnya Persipura tentu jadi pukulan berat untuk para pendukungnya. Saya bahkan belum kesampaian untuk beli jersey Persipura Jayapura, tapi tim itu sudah terlanjur turun kasta.
Persipura sempat kasih saya dan para pendukungnya sebuah harapan. Mereka bisa menang dengan sangat meyakinkan di empat laga terakhir, bahkan dengan lawan yang super kuat seperti Bhayangkara FC, lalu dengan mengejutkan bisa membantai mantan timnya Arhan Pratama — PSIS — dengan skor telak, 4–0! Sayang sekali, laga terakhir Persipura juga harus bergantung pada hasil dari pertandingan tim lain yang berada di luar kontrol mereka, walau Persita sudah mereka cukur habis sampai bobol tiga kali.
Saya juga menyayangkan: Andai saja Persipura bisa tampil dengan performa bagus sejak awal musim, mungkin mereka masih bisa bertahan di liga domestik tertinggi itu. Persipura terlambat panas? Siapa yang tahu?
Kompetisi sepakbola tertinggi Indonesia tanpa Persipura Jayapura memanglah hal yang mengejutkan. Tetapi ada fakta lain yang mengecewakan, yaitu Liga 1 musim depan, musim 2022/2023 akan berjalan tanpa adanya prwakilan tim dari Indonesia Timur: NTT, Maluku, dan Papua. Padahal sepakbola tanah air hampir selalu dibuat ramai dengan munculnya nama-nama pemain berbakat asal Indonesia Timur seperti kaka Boaz Salossa, Okto Maniani, Titus Bonai, Yabes Roni, Ramdani Lestaluhu, sampai yang terbaru, Ricky Kambuaya.
Setelah tim Mutiara Hitam dipastikan tidak akan tampil di Liga 1 musim depan, lalu orang-orang timur bakal dukung tim apa? Entahlah. Mungkin akan dukung Persebaya karena Ricky Kambuaya bermain di klub tersebut. Atau mungkin lebih banyak lagi yang akan tetap nonton Persipura Jayapura, walau mainnya di Liga-2.
Tidak ada harapan lain. Semoga Persipura bisa kembali naik kasta secepatnya. Musim depan balik lagi e, Persipura! Kami tunggu.